- Memperbanyak sedekah
- Memperbanyak membaca Al-Qur’an
- Mengakhirkan waktu sahur
- Puasa wishal
- Memperbanyak shalat malam (menghidupkan malam ramadhan)
- I’tikaf
- Menghidupkan sepuluh malam terakhir dan membangunkan keluarganya
- Menyuruh para sahabat agar bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar
1. Memperbanyak sedekah
Rasulullah Saw. telah bersabda dalam salah satu haditsnya, “Bulan ini (ramadhan) juga merupakan bulan simpati kepada sesama. Pada bulan inilah rezeki orang-orang beriman ditambah. Barangsiapa memberi makan (untuk berbuka puasa) kepada orang yang berpuasa maka kepadanya dibalas dengan keampunan dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka Jahannam dan dia juga memperoleh ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tadi tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.”Yang dimaksud “memberi makan” di sini tidak hanya berbentuk satu porsi makanan, tetapi“walau hanya sebutir kurma, atau seteguk air, atau seisap susu.”Rasulullah Saw. adalah orang yang paling pemurah dan dibulan Ramadhan beliau lebih pemurah lagi. Kebaikan Rasulullah Saw. di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus karena begitu cepat dan banyaknya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Sebaik-baiknya sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi, al-Khatib, dan Tirmidzi).
2. Memperbanyak membaca Al-Qur’an
Bulan
yang penuh berkah ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan
Al-Qur’an. Karena secara umum Allah menurunkan kitab-kitab-Nya pada
bulan ini. Begitu pula Al-Qur’an, telah diturunkan seluruhnya dari Lauh
Mahfudz ke langit dunia pada bulan ramadhan, kemudian dari sanalah
diturunkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kejadian yang ada dalam
waktu 23 tahun. Selain itu, Shahifah Nabi Ibrahim diturunkan pada
tanggal 3 ramadhan, Nabi Dawud As. mendapatkan kitab Zabur pada tanggal
12 atau 18 ramadhan, Nabi Musa As. diberi kitab Taurat pada tanggal 6
ramadhan, dan Nabi Isa As. mendapat Injil pada tanggal 12 atau 13
ramadhan.
Inilah yang membuat bulan Ramadhan mempunyai hubungan erat dengan
firman Allah Swt., sehingga banyak riwayat yang menekankan tentang
pentingnya membaca Al-Qur’an di bulan ini, dan yang demikian merupakan
amalan para shalihin. Jibril As. dan Rasulullah Saw. biasa saling
memperdengarkan dan mendengarkan seluruh isi Al-Qur’an pada bulan ini.
Iman az-Zuhri pernah berkata, “Apabila datang Ramadhan maka kegiatan
utama kita (selain shiyam) ialah membaca Al-Quran.”
3. Mengakhirkan waktu sahur
Disunnahkan mengakhiri waktu makan sahur dengan waktu yang tak jauh dari saat terbit fajar. Telah diriwayatkan dari Anas dari Zaid bin Tsabit, bahwasanya dia pernah berkata:قُلْنَا لِأَنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِي الصَّلَاةِ قَالَ قَدْرُ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
Kami bertanya kepada Anas, “Berapa rentang waktu antara selesainya makan sahur hingga keduanya melaksanakan shalat?” Anas bin Malik menjawab, “Kira-kira waktu seseorang membaca lima puluh ayat.”
4. Puasa wishal
Puasa wishal adalah menyambungkan puasa ke hari berikutnya tanpa berbuka di malam hari. Padahal, kaum muslimin yang berpuasa diperintahkan untuk berbuka setiap malamnya. Untuk melakukan wishal dengan tidak makan hingga hari berikutya dan melanjutkan puasa, dihukumi terlarang. Namun masih diberi keringanan hingga waktu sahur.
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: – نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – عَنِ اَلْوِصَالِ, فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ:
فَإِنَّكَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ تُوَاصِلُ? قَالَ: ” وَأَيُّكُمْ مِثْلِي?
إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِي “. فَلَمَّا أَبَوْا أَنْ
يَنْتَهُوا عَنِ اَلْوِصَالِ وَاصَلَ بِهِمْ يَوْمًا, ثُمَّ يَوْمًا,
ثُمَّ رَأَوُا اَلْهِلَالَ, فَقَالَ: ” لَوْ تَأَخَّرَ اَلْهِلَالُ
لَزِدْتُكُمْ ” كَالْمُنَكِّلِ لَهُمْ حِينَ أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا –
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari puasa wishal. Ada seorang muslim yang menyanggah Rasul, “Sesungguhnya engkau sendiri melakukan puasa wishal?” Rasul pun memberikan jawaban, “Siapa yang semisal denganku? Sesungguhnya aku di malam hari diberi makan dan minum oleh Rabbku.”
Lantaran mereka tidak mau berhenti dari puasa wishal, Nabi berpuasa
wishal bersama mereka kemudian hari berikutnya lagi. Lalu mereka melihat
hilal, beliau pun berkata, “Seandainya hilal itu tertunda, aku akan menyuruh kalian menambah puasa wishal lagi.”
Maksud beliau menyuruh mereka berpuasa wishal terus sebagai bentuk
hukuman bagi mereka karena enggan berhenti dari puasa wishal. (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1965 dan Muslim no. 1103).5.Memperbanyak shalat malam (menghidupkan malam ramadhan)
beberapa keuntungan sholat tarawih
Pertama, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari
pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Kedua, shalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda, “Siapa yang shalat (malam) bersama imam hingga ia selesai, maka ditulis untuknya pahala melaksanakan shalat satu malam penuh.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih)
6. I’tikaf
I’tikaf menurut
bahasa artinya berdiam diri dan menetap dalam sesuatu. Sedang pengertian
i’tikaf menurut istilah dikalangan para ulama terdapat perbedaan. Al-Hanafiyah
(ulama Hanafi) berpendapat i’tikaf adalah berdiam diri di masjid yang biasa
dipakai untuk melakukan shalat berjama’ah, dan menurut asy-Syafi’iyyah (ulama
Syafi’i) i’tikaf artinya berdiam diri di masjid dengan melaksanakan
amalan-amalan tertentu dengan niat karena Allah. Majelis Tarjih dan Tajdid
dalam buku Tuntunan Ramadhan menjelaskan I’tikaf adalah aktifitas berdiam diri
di masjid dalam satu tempo tertentu dengan melakukan amalan-amalan
(ibadah-ibadah) tertentu untuk mengharapkan ridha Allah.
I’tikaf
disyariatkan berdasarkan al-Quran dan al-Hadits.
a. Al-Qur’an surat al-Baqarah (2): 187.
… فَاْلآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللهُ
لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ
مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى
اللَّيْلِ وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ
حُدُودُ اللهِ فَلاَ تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ.
Artinya: ...maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah[QS.
al-Baqarah (2):187]
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ اْلعَشَرَ
اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ
مِنْ بَعْدِهِ. [رواه مسلم]
Artinya: “Bahwa Nabi saw melakukan i’tikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelah beliau wafat.” [HR. Muslim]
7. Menghidupkan sepuluh malam terakhir dan membangunkan keluarganya
Di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah momen yang baik untuk banyak beramal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mencontohkan hal ini, beliau lebih semangat beramal di akhir-akhir Ramadhan. Ada dua alasan kenapa bisa demikian. Pertama, karena setiap amalan dinilai dari akhirnya. Kedua, supaya mendapati lailatul qadar.
Lailatul Qadar Di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari no. 2017)
Lebih Serius dalam Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah." Muttafaqun 'alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).
Hadits di atas menunjukkan keutamaan beramal sholih di 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan punya keistimewaan dalam ibadah dari hari-hari lainnya di bulan Ramadhan. Ibadah yang dimaksudkan di sini mencakup shalat, dzikir, dan tilawah Al Qur'an.
Hadits tersebut juga menunjukkan anjuran membangunkan keluarga yaitu para istri supaya mendorong mereka melakukan shalat malam. Lebih-lebih lagi di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Membangunkan keluarga di sini merupakan anjuran di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, namun anjuran juga untuk hari-hari lainnya. Karena keutamaannya disebutkan dalam hadits yang lain,
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
"Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia memerciki air pada wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang di malam hari melakukan shalat mala, lalu ia membangungkan suaminya. Jika suaminya enggan, maka istrinya pun memerciki air pada wajahnya." (HR. Abu Daud no. 1308 dan An Nasai no. 1148. Sanad hadits ini hasan kata Al Hafizh Abu Thohir).
Sufyan Ats Tsauri berkata, "Aku sangat suka pada diriku jika memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan untuk bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam hari dengan ibadah, lalu membangunkan keluarga untuk shalat jika mereka mampu." (Lathoiful Ma'arif, hal. 331).
Yang dimaksud dengan menghidupkan sepuluh hari terakhir atau menghidupkan malam lailatul qadar adalah dengan menghidupkan mayoritas malamnya, tidak mesti seluruhnya. Demikian pendapat ulama Syafi'iyah. Bahkan sebagaimana dinukil dari Imam Syafi'i, keutamaan tersebut didapat bagi orang yang menghidupkan shalat 'Isya' secara berjama'ah dan shalat Shubuh secara berjama'ah. Lihat Lathoiful Ma'arif, hal. 329.
bermanfaat
ReplyDeleteSipp
Delete